Catatan: Muhammad Fatih dan Mendena Putri Pemuka

Muhammad Fatih dan Mendena Putri Pemuka


Dulu, ku pikir, Fatih tak begitu perduli dengan nanaknya Mendena. Sejak nol tiga desember lalu, ada perubahan kecil yang terlihat dari Fatih, ia sedikit risih semenjak hadirnya Mendena ke dunia kami. Apakah itu cemburu?

Sebelum Mendena hadir, Fatih dan kakaknya seolah tak bisa dipisahkan. Keduanya memiliki ikatan batin yang sama kuatnya. Bagi Fatih, kakaknya bukanlah sekedar kakak, begitu juga dengan kakaknya, bahwa Fatih bukan sekedar adik. Di dalamnya, keduanya pula meletakkan kehidupan pada diri masing-masing mereka. 

Tetapi, lamban laun, semuanya seperti berubah. Seolah ada yang memaksa mereka harus saling memahami satu sama lainnya. Bahwa, cinta tak dapat sepenuhnya diserahkan kepada seseorang saja. Ianya mesti dibagi, sekali pun dengan terpaksa. Dan sejatinya, cinta tak dapat dipaksakan, cinta adalah kerelaan.

Demikianlah Fatih, ia harus rela berbagi cinta dengan Mendena sebagai nanaknya. Hikmahnya adalah pengorbanan berbuah kedewasaan.

Pengorbanan apa yang paling besar bagi seorang anak kecil selain berpisah dari pelukan seorang ibu?

Begitulah Fatih, ia harus rela melewatkan pelukan kakaknya yang selama ini menemani malamnya, di setiap dan di sepanjang malam. Sungguh, pengorbanan yang demikian itu sangat berat bagi seusianya.

Sejak kedatangan ku ke tengah-tengah mereka, aku telah beberapa kali menemukan mereka dalam cinta penuh kasih. Jika berjauhan, mereka akan kesakitan. Sekurang-kurangnya dilanda demam.

Sebenarnya, Fatih sudah sangat cukup berkorban semenjak pernikahan kami. Sedikit banyaknya, fokus kakaknya dalam mengurusnya sedikit berkurang. Ditambah lagi kehadiran Mendena di tengah-tengah kami. Terpaksa, Fatih seperti tak di perdulikan lagi.

Meski begitu, Fatih tak pernah menyerah menunjukkan bahwa ia pantas untuk dicintai oleh semua orang. Apalagi, Fatih begitu menyayangi nanaknya. Keduanya pula sering bermain bersama.

Posting Komentar untuk "Catatan: Muhammad Fatih dan Mendena Putri Pemuka"